Pelatihan Guru untuk Meningkatkan Kesehatan Mental Remaja

  • Ekayani Ni Wayan Diana Universitas Warmadewa
Keywords: remaja, kesehatan mental, pelatihan guru

Abstract

Abstrak

Tingginya prevalensi remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental perlu mendapatkan perhatian khusus bagi berbagai pihak, khususnya guru di sekolah. Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Amlapura juga mengalami permasalahan mental hingga menimbulkan perilaku negatif seperti melukai diri sendiri. Guru berusaha membantu siswa untuk mendapatkan solusi terkait permasalahan siswa, namun banyak yang belum terselesaikan dan siswa melakukan perilaku yang serupa. Solusi yang dilakukan dalam menghadapi permasalahan ini berupa pemberdayaan guru dengan melakukan pelatihan untuk meningkatkan peran guru dalam deteksi dini dan penanganan remaja dengan gangguan kesehatan mental. Kegiatan dilakukan pada Januari 2024 dan telah terlaksana dengan baik. Jumlah peserta pelatihan yaitu 60 orang yang terdiri dari guru tetap dan kontrak. Mayoritas guru (78,3%) pernah menemui remaja yang mengalami gangguan mental dengan berbagai gejala dari ringan hingga berat. Rerata pengetahuan guru meningkat 40 poin setelah pelatihan. Sekolah perlu melakukan pelatihan kesehatan mental secara berkala, melakukan edukasi kepada siswa, mengoptimalkan bimbingan dan konseling, serta mengoptimalkan Usaha Kesehatan Sekolah dengan berkolaborasi dengan lembaga kesehatan dan orangtua.

References

1. Gunnell D, Kidger J, Elvidge H. Adolescent mental health in crisis. BMJ. 2018;361(June):1–2.
2. WHO- Regional SEA. Mental Health Status of Adolescents in South-East Asia : Evidence for Action [Internet]. Searo. 2017. 1–84 p. Available from: https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/254982/9789290225737-eng.pdf%0Ahttp://apps.who.int/iris/bitstream/10665/254982/1/9789290225737-eng.pdf?ua=1&ua=1&ua=1&ua=1
3. Puteikis K, Mameniškytė A, Mameniškienė R. Sleep Quality, Mental Health and Learning among High School Students after Reopening Schools during the COVID-19 Pandemic: Results of a Cross-Sectional Online Survey. Int J Environ Res Public Health. 2022;19(5).
4. RISKESDAS. Laporan Provinsi Bali RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018. 575 p.
5. Dehestani N, Whittle S, Vijayakumar N, Silk TJ. Developmental brain changes during puberty and associations with mental health problems. Dev Cogn Neurosci [Internet]. 2023;60(May 2022):101227. Available from: https://doi.org/10.1016/j.dcn.2023.101227
6. Winei AAD, Ekowati, Setiawan A, Jenuri, Weraman P, Zulfikhar R. Dampak Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar dan Kesehatan Mental Siswa. J Educ [Internet]. 2023;06(01):317–27. Available from: https://jonedu.org/index.php/joe/article/download/2945/2491
7. Nurtiwiyono H. Peran Guru Bagi Kesehatan Mental Siswa Sekolah Menengah Atas Dalam Proses Mengajar. J Cons (Education Couns Journal). 2014;(14):97–103.
8. Wahid SS, Ottman K, Hudhud R, Gautam K, Fisher HL, Kieling C, et al. Identifying risk factors and detection strategies for adolescent depression in diverse global settings: A Delphi consensus study. J Affect Disord [Internet]. 2021;279(October 2020):66–74. Available from: https://doi.org/10.1016/j.jad.2020.09.098
9. Nurochim N. Optimalisasi program usaha kesehatan sekolah untuk kesehatan mental siswa. J Konseling dan Pendidik. 2020;8(3):184.
Published
2024-05-30
Section
Articles
Abstract viewed = 39 times
PDF downloaded = 21 times