PENDAMPINGAN DESA WISATA SEMBILAN DESA MITRA KINTAMANI BARAT

  • Wayan Wesna Astara
  • IK Selamet Universitas Warmadewa
  • IWS Luxiana Universitas Warmadewa
Keywords: Desa Wisata, Desa Tradisional, Potensi Desa

Abstract

Desa wisata menjadi salah satu alternatif pengembangan kepariwisataan yang berkembang di Bali dalam satu dekade belakangan. Wisata pedesaan mengacu pada kegiatan wisata yang berlangsung di daerah non-perkotaan, biasanya di pedesaan atau kampung-kampung kecil. Kegiatan ini sering melibatkan aktivitas tinggal di wisma lokal atau homestay, atau berpartisipasi dalam kegiatan yang merupakan ciri khas budaya lokal, seperti bertani, kerajinan tangan, atau acara budaya. Awalnya, desa-desa tidak dirancang secara khusus untuk dikunjungi, tetapi kini banyak desa yang menyiapkan dirinya untuk menerima kunjungan wisatawan. Permukiman semacam ini disebut sebagai desa wisata. Desa binaan yang terdiri dari Desa Catur, Mengani, Batukaang, Belanga, Binyan, Belantih, Selulung, Daup, Pengejaran memiliki potensi berupa pemukiman tradisional dengan pola yang khas, yang terbuat dari kayu atau batu yang berada pada kondisi tanah yang terjal. Potensi lainnya adalah pemandangan yang indah dengan suhu tergolong sejuk serta kawasan perkebunan yang memiliki daya tarik sebagai agrowisata. Potensi kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada lokasi antara lain trekking, mendaki, berkemah, dan bersepeda. Strategi dalam upaya pengembangan desa wisata antara lain : Meningkatkan promosi potensi yang dimiliki desa melalui media sosial, iklan, kerjasama dengan perusahaan pariwisata, pembuatan brosur, pembuatan website dan menggunakan media cetak. Meningkatkan infrastruktur penunjang wisata seperti perbaikan jalan akses, pemenuhan air, dan internet. Menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan wisata di desa wisata, seperti penginapan, restoran, dan fasilitas rekreasi. Melakukan kerjasama dengan stakeholder seperti LSM, Perusahaan Wisata, Asosiasi wisata untuk dapat secara bersama-sama mengembangkan desa wisata.

References

Astara, W. (2022) Pertarungan Budaya Dan Politik Hukum Dalam Mengelola Desa Wisata Berbasis Filosofi Tri Hita Karana.
Eskandari, R., Mahdianpari, M. and Mohammadimanesh, F. (2020) ‘Meta-analysis of Unmanned Aerial Vehicle ( UAV ) Imagery for Agro-environmental Monitoring Using Machine Learning and Statistical Models’, Remote Sens. doi: doi:10.3390/rs12213511.
Irschara, A., Kaufmann, V., Klopschitz, M., Bischof, H., Leberl, F. (2010) ‘Towards fully automatic photogrammetric reconstruction using digital images taken from UAVs’, in Proceedings of the ISPRS TC VII Symposium—100 Years ISPRS.
Nebiker, D. et al. (2008) ‘A light-weight multispectral sensor for micro UAV—Opportunities for very high resolution airborne remote sensing’, Sci., Int. Arch. Photogramm. Remote Sens. Spat. Inf., 37.
Parks T, e. a. (2009). The Development of a Framework for Studying Ecotourism. International Journal of Management, 89-97.
Purnowowati, W., Nugroho, & Negara. (2012). Entrepreneurship Ability On Ecotourism Services Of Local People In Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Malang Regency,East Java, Indonesia. International Entrepreneurship Forum (IEF) Conference Entrepreneurship and Sustainability, (pp. 458-473). Kuala Lumpur.
Tu, Y. . et al. (2018) ‘Assessing Radiometric Correction Approaches for Multi-Spectral UAS Imagery for Horticultural Applications’, Remote Sens, 10. Available at: https://doi.org/10.3390/rs10111684.
UGM, T. S. (1993). Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Wisata Di Bali. Yogyakarta: Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Direktorat Jenderal Pariwisata.
Published
2023-11-30
Abstract viewed = 63 times
PDF downloaded = 57 times