Hubungan antara Self Efficacy dengan Tingkat Stres Mahasiswa Baru FKIK Universitas Warmadewa Angkatan 2020

Abstrak

Abstrak

            Stres merupakan permasalahan mental yang banyak dialami anak-anak, remaja, ataupun dewasa. Dalam Riskesdas (2018) tercatat sebanyak 9,8% penduduk Indonesia usia ≥15 tahun dengan permasalahan emosional seperti stres. Mahasiswa baru akan menghadapi berbagai kesulitan karena adanya perbedaan situasi pembelajaran dari sebelumnya. Hal ini dapat mempegaruhi kondisi mental mahasiswa yang salah satunya ditandai dengan adanya stres sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari atau memunculkan keinginan untuk bunuh diri. Self-efficacy menjadi sebuah faktor internal yang dapat berpengaruh pada tingkat stres. Dengan self-efficacy tinggi maka tingkat stres yang dimiliki akan rendah. Tujuan dari kajian ini ialah guna memahami adanya kaitan antara self-efficacy dengan tingkat stres mahasiswa baru. Kajian ini ialah observasional analitik dengan model kajian cross sectional. Alat ukur yang dipergunakan ialah kuesioner DASS-42 guna menilai tingkat stres dan kuesioner GSES untuk mengukur self-efficacy. Sampel yang digunakan sebanyak 100 orang mahasiswa baru FKIK Universitas Warmadewa angkatan 2020 yang dipilih mempergunakan simple random sampling. Data yang telah dikumpulkan dianalisa mempergunakan aplikasi SPSS dengan uji hipotesis yang digunakan adalah uji Spearman rank correlation sebagai analisis bivariat memperlihatkan adanya dampak negatif yang signifikan diantara self-efficacy daripada tingkat stres (r= -0,620 dan nilai p= 0,000) dan uji Chi square menunjukkan bahwa self-efficacy yang rendah memiliki risiko 18,857 kali mengalami stres dibandingkan dengan self-efficacy tinggi (95% CI= 2.413 – 146.727 dan nilai p=0,000)

Kata kunci: tingkat stres, self-efficacy